saco-indonesia.com, Hari kelima pasca-erupsi Gunung Kelud, selasa (18/2), aktivitas di Kota Kediri telah berangsur-angsur pulih.
saco-indonesia.com, Hari kelima pasca-erupsi Gunung Kelud, selasa (18/2), aktivitas di Kota Kediri telah berangsur-angsur pulih. Sebagian warga juga telah terlihat membersihkan pasir yang menutupi tempat tinggal mereka.
Saat sedang bersih-bersih rumah, banyak warga yang telah terjatuh dan mengalami luka, hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
"Sejak hari sabtu itu total ada 88 orang, yang telah dirawat di rumah sakit Gambiran, karena terjatuh saat memperbaiki rumah," kata Humas RS Gambiran Nitra, saat dikonfirmasi, Selasa (18/2).
Nitra mengatakan, sebagian besar warga yang terjatuh mengalami patah tulang dan luka-luka lecet. Sehingga harus dirawat intensif di Rumah Sakit.
"Sebagian sudah dipulangkan yang lecet-lecet. Sementara yang patah tulang masih dirawat, selama beberapa hari," ucapnya.
Sementara itu, untuk biaya rumah sakit, Nitra juga menjelaskan, hingga saat ini masih ditanggung oleh korban. Belum ada bantuan biaya medis dari pemerintah daerah maupun pusat.
"Pemerintah belum kasih instruksi kalau biaya ditanggung oleh pemkab. Sementara masih dari warga sendiri yang membayar," tandasnya.
Editor : Dian Sukmawati
Pandaisikek sudah mulai kehilangan salah satu sayuran yang merupakan cirikhas daerah ini yaitu lobak rimbo, dahulunya tanaman sa
Pandaisikek sudah mulai kehilangan salah satu sayuran yang merupakan cirikhas daerah ini yaitu lobak rimbo, dahulunya tanaman sayuran ini adalah salah satu tonggak ekonomi bagi masayarakat petani. Sekitar tahun 1930-1990 tanaman ini hanya di budidayakan di lereng gunung singgalang, walau banyak daerah lain di kaki gunung singgalang tapi sayuran ini hanya ada di pandaisikek , Sehingga terkenalah daerah pandaisikek penghasil sayuran ini.
Kemudian pada tahun-tahun berikutnya sampai sekarang sayuran ini dikembanghan di daerah tetangga masih wilayah kaki gunung singgalang, tetapi bibit yang ditanam saat sekarang jauh berbeda dengan yang ditananm di pandaisikek.
Mungkin karena usia tanaman ini cukup lama,petani beralih ketanaman sayuran yang lebihcepat produksinya seperti sawi bola,sawi pahit dan sawi manih, Sehingga lobak rimbo ini semakin punah . Petani yang membudi dayakan sayuran ini hanya tingal sekitar 1-2 keluarga saja dan dilahan deadanya saja.
Pembudidayaan Lobak rimbo tidaklah memakan biaya yang terlalu besar karena tanaman ini tahan akan berbagai macam penyakit dan hama lain (kurang disukai oleh ulat), sehingga tidak perlu menggunakan banyak pestisida dalam melakukan penyemproyan atau perawatan . Begitu pula dengan pemupukan ,rata-rata pupuk yang paling dibutuh kan oleh sayuran ini adalah pupuk organic atau pupuk kandang.
Mungkin kalau keadaan ini terus berlangsung, lobak rimbo akan punah dan tinggal kenangan , Biasanya masayarakat perantau pandai sikek bila pulang kekampung halaman begitu pengen dengan suguhan tanaman kobak rimbo ini yang terlebih dahulu disayur atau cukup di rebus saja. Rasa dari lobak rimbo ini pun begitu khas menbuat selera makan meningkat. Juga biasanya untuk kembali keperantauan tidak lupa untuk membawa lobak rimbo ini sebagai oleh-oleh.
Lobak rimbo ini di pasaran juga sangat laris , yang biasa digunakan untuk campuran sayuran yang disuguhkan di rumah-rumah makan di Sumatra barat khusunya bahkan sampai ke provinsi lain di Indonesia, seperti pekanbaru, jambi dan lainya.
Akankah Lobak rimbo hanya akan tingal kenangan…………………………………..?