MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISTA..?

Paket Umroh Reguler, paket umroh ramadhan, paket umroh Turki, Paket Umroh dubai dan beberapa paket lainya

Jadwal Umroh Kami ada disetiap minggu, agar  lebih detail Anda bisa tanyakan detail ttg program kami, Sukses dan Berkah Untuk Anda

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 082124065740

Agen Tiket Pesawat di Kutai

Agen Tiket Pesawat di Kutai Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Kutai

Agen Tiket Pesawat di Malang

Agen Tiket Pesawat di Malang Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Malang

Agen Tiket Pesawat di Yogyakarta

Agen Tiket Pesawat di Yogyakarta Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Yogyakarta

Agen Tiket Pesawat di Bandung

Agen Tiket Pesawat di Bandung Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Bandung

Agen Tiket Pesawat di Pontianak

Agen Tiket Pesawat di Pontianak Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Pontianak

Agen Tiket Pesawat di Samarinda

Agen Tiket Pesawat di Samarinda Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Samarinda

Agen Tiket Pesawat di Palembang

Agen Tiket Pesawat di Palembang Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.

Agen Tiket Pesawat di Palembang

saco-indonesia.com, Asus telah memperkenalkan produk tablet terbarunya, FonePad Note FHD6, di ajang Computex 2013, Senin (3/6/2013).

Saco-Indonesia.com — Asus telah memperkenalkan produk tablet terbarunya, FonePad Note FHD6, di ajang Computex 2013, Senin (3/6/2013). Perangkat yang satu ini memiliki layar berukuran 6 inci.

Dengan bentang layar tersebut, sebenarnya produk ini bisa dimasukkan ke kategori phablet, produk "hybrid" antara smartphone dan tablet. Layarnya terlalu kecil untuk diberi label tablet dan terlalu besar untuk disebut sebagai smartphone. Namun, Asus tetap menyebut perangkat ini sebagai tablet.

Produk tersebut dilengkapi dengan sebuah stylus, mirip apa yang dipersenjatai oleh Samsung untuk produk Galaxy Note-nya. Kemungkinan, stylus ini dapat digunakan untuk menulis memo atau menggambar di perangkat tersebut.

Asus FonePad Note dilengkapi layar 6 inci yang mendukung resolusi Full HD 1080p. Jenis layarnya Super IPS-LCD+ yang memiliki tingkat kecerahan 450 nits.

Prosesor yang digunakan adalah buatan Intel, yaitu Atom Z2560 "Clover Trail" dengan kecepatan 1,6GHz dual core. Kecepatan RAM-nya sebesar 2GB.

Tablet ini dilengkapi kamera beresolusi gambar 8 megapiksel di bagian belakangnya. Dikutip dari Phone Arena, Senin (3/6/2013), di bagian depannya, terdapat dua speaker stereo. Smartphone merek lain yang sudah menggunakan dual speaker adalah HTC One.

Sayangnya, Asus tidak menyebutkan kapan pesaing seri Samsung Galaxy Note ini diluncurkan. Harganya pun masih belum dibeberkan.

Editor:Liwon Maulana
Sumber:Kompas

saco-indonesia.com, Jok Mobil merupakan salah satu elemen yang sangat penting, karena kenyamanan jok mobil juga dapat membuat ki

saco-indonesia.com, Jok Mobil merupakan salah satu elemen yang sangat penting, karena kenyamanan jok mobil juga dapat membuat kita nyaman juga saat berkendara. Tetapi jok mobil juga sering terkena tumpahan cairan seperti air susu ata minuman lainnya. Padahal  air susu ata minuman (kecuali air putih) yang telah merembes ke dalam jok juga dapat menyebabkan tidak sedap pada mobil.
Selain bau tak sedap juga dapat menyebabkan timbulnya jamur yang juga dapat mengundang perhatian hewan - hewan yang sangat menjijikkan masuk ke dalam mobil dan noda juga dapat membuat jok berwarna kusam. Untuk dapat mencegahnya, ada tips – tips tertentu yang dapat kita dilakukan.
Untuk dapat menghilangkan atau membersihkan cairan tersebut, kita juga dapat menggunakan beberapa alat seperti serbet, kain bersih, sprayer, sikat besar, sikat gigi, air sabun deterjen dan penyedot debu.
Jika Jok anda menggunakan jok kain, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa jok kain lebih dapat cepat menyerap air atau merembes, sehingga kita harus cepat menanganinya. Sedangkan untuk jok yang jenis kulit lebih mudah untuk ditangani, karena sifat kulit yang lambat untuk dapat menyerap air.
      Berikut ini ada beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk dapat membersihkan jok kita dari air susu atau cairan lainnya :
1. Bersihkan jok yang terkena cairan dengan menggunakan mesin penyedot debu.
2. Oleskan atau Seprotkan deterjen pada jok mobil yang terkena cairan hingga merata.
3. Setelah diberi deterjen, kemudian sikat dengan sikat yang halus jok mobil hingga noda pada jok hilang.
4. Keringkan bagian yang basah tadi dengan menggunakan penyedot debu.
5. Agar bau pada mobil hilang, semprotkan pengharum mobil yang sesuai kesukaan anda.
6. Agar tidak terulang kembali, maka kita juga dapat menggunakan penutup jok, sehingga jok dapat terlindungi dari cairan.
Demikian Tips Membersihkan Noda pada Jok Mobil, semoga artikel diatas dapat bermanfaat


Editor : Dian Sukmawati

Kali ini admin akan membagikan artikel mengenai Contoh Karya Ilmiah/Makalah tentang Efek Rumah Kaca. Semoga artikel ini, da

Kali ini admin akan membagikan artikel mengenai Contoh Karya Ilmiah/Makalah tentang Efek Rumah Kaca. Semoga artikel ini, dapat di gunakan dengan sebaik-baiknya. Dan semoga artikel ini dapat membantu mengerjakan Tugas Sekolah atau Kuliah teman-teman semuanya.
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
 
A.    Latar Belakang
       Sejak jaman purbakala sampai sekarang,manusia mengalami perubahan yang sangat pesat seiring berjalannya waktu,ilmu pengetahuan juga ikut berkembang.Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang sangat sempurna mempunyai tugas untuk menjaga dan tetap melestarikan alam agar tidak punah.
        Keadaan permukaan bumi saat ini mengalami peningkatan suhu yang tidak seperti biasanya yang terjadi selama 100 tahun terakhir ini,salah satu penyebabnya adalah rumah kaca yang biasanya di gunakan untuk mengembangkan bunga,buah dan lain sebagainya,rumah kaca ini melindungi tanaman dari panas dan dingin secara berlebih sehingga banyak industri - industri menggunakan metode ini untuk meningkatkan penghasilannya.Tanpa mereka pikirkan seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya itu.
       Pemanasan global atau lebih sering disebut Global Warming tengah jadi buah bibir masyarakat saat ini khususnya di Indonesia dikarenakan di Indonesia juga mengalami perubahan iklim yang tidak menentu akibat dari pemanasan global tersebut.Banyak  dampak yang akan ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global.
 
       Oleh karena itu dalam karya ilmiah ini akan dibahas lebih lanjut tentang adakah efek yang di berikan oleh rumah kaca terhadap pemanasan global ? Apakah dampak yang ditimbulkan dari terjadinya pemanasan global ? Hasil- hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan tentang efek rumah kaca terhadap pemanasan global? Dan upaya apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi terjadinya pemanasan global ini.Dengan mencari Informasi dan data-data yang dapat dipercaya melalui media seperti buku dan inernet.
                                                                                        
B.Rumusan Masalah
 
        Adapun rumasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1.      Adakah efek dari rumah kaca terhadap pemanasan global ?
2.      Apa penyebab rumah kaca dapat mengakibatkan pemanasan global?
3.      Upaya apa yang dapat di lakukan untuk mengurangi terjadinya pemanasan global di Bumi ?
 
C. Tujuan Penelitian
       Tujuan penelitian yang dilakukan yaitu mencakup :
1.        Untuk mengetahui apakah ada efek dari rumah kaca terhadap pemanasan global.
2.        Untuk mengetahui penyebab dari efek rumah kaca sehingga mengakibatkan pamanasan global.
3.        Untuk mengetahui upaya apa yang dapat di lakukan untuk mengurangi terjadinya pemasan global di Bumi.
 
D. Manfaat Penelitian
 
1.        Bagi penulis,penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai semua yang berhubungan dengan efek rumah kaca terhadap pemanasan global.
2.        Bagi Pembaca,penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai efek rumah kaca terhadap pemananasan global.
3.         Bagi Para Ilmuwan yang meneliti,Penelitian ini dapat memberikan tambahan data-data atau pernyataan-pernyataan mengenai efek rumah kaca terhadap pemanasan global.
 
 
BAB II
LANDASAN TEORI
 
A. Pengertian-pengertian
     1. Efek Rumah Kaca
       Efek rumah kaca adalah proses penghangatan bumi karena adanya penyerapan sinar infra merah.Tanpa adanya efek ini suhu bumi akan turun sekitar 30° C.Sinar yang datang ke bumi sebanya 30 % dipantulkan dan sisanya digunakan untuk menghangatkan daratan,lautan dan atmosfer.efek rumah kaca terjadi karena bumi relatif transparan terhadap sinar tampak,namun sangat menyerap sinar infra merah sehingga bumi akan menghangat karena adanya penyerapan energi tersebut. Efek rumah kaca juga merupakan efek alamiah untuk menjaga temperature  permukaan Bumi pada suhu normal sekitar 30°C,atau kalau tidak ada ,maka tentu saja tidak akan ada kehidupan dimuka Bumi ini.
        
2.Pemanasan Global
        Pemanasan global yaitu bertambah panasnya atmosfer Bumi serta samudra selama beberapa dekade terakhir.Menurut penelitian suhu bumidi ketahui meningkat 0,6 kurang lebih 0,2 °C selama 20 Abad terakhir.
(Nur Farida 2009 :53) Mengatakan, bahwa pemanasan global yaitu disebut juga global warming ,istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan fenomena peningkatan suhu rata – rata atmosfer Bumi.Peningkatan suhu Bumi ini dianggap akan secara permanen mengubah iklim Bumi selamanya.
 
B. Dampak dari terjadinya Pemanasan Global
 
 
Editor by : OSHIMURA

- See more at: http://pbsstainmetro.blogspot.com/2014/02/contoh-karya-ilmiah-tentang-bahaya-efek.html#sthash.8nHxf7N3.dpuf

saco-indonesia.com, Warga mempertanyakan eksistensi KTP elektronik (e-KTP), selain kartu itu tak boleh difotokopi. Beberapa warga mengaku kembali memperoleh KTP dalam format lama, saat pindah rumah atau ganti alamat.

JAKARTA, Saco-Indonesia.com - Warga mempertanyakan eksistensi KTP elektronik (e-KTP), selain kartu itu tak boleh difotokopi. Beberapa warga mengaku kembali memperoleh KTP dalam format lama, saat pindah rumah atau ganti alamat.

Dina (33), warga Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, ini mengaku, pada awal 2012 sudah memperoleh e-KTP yang dikeluarkan oleh Kelurahan Duren Sawit. Namun di pengujung tahun 2012, dia pindah rumah dari Kelurahan Duren Sawit ke Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit.

"Setelah saya urus, ternyata di Kelurahan Pondok Kopi, saya hanya memperoleh KTP dalam format lama lagi. Kartunya hanya kertas biasa dilaminating," katanya.

Menurut beberapa lurah di Jakarta Timur, e-KTP memang hanya dibuat di Kementerian Dalam Negeri. Pembuatan kartu identitas berbasis elektronik itu belum ada di Pemerintah Provinsi DKI.

Itu sebabnya, kata Lurah Kampung Melayu Bambang Pangestu, kelurahan hanya bisa menerbitkan KTP format lama bagi warga yang e-KTP milik mereka rusak atau harus diganti karena pindah alamat.

"E-KTP hanya dicetak di Kemdagri. Kelurahan atau Pemerintah Provinsi DKI belum bisa membuatnya. Makanya, ketika kartu itu rusak atau harus ganti karena pindah alamat, kami hanya bisa mengeluarkan KTP format lama," kata Bambang.

Namun untuk pencatatan data KTP, kata Bambang, tetap dimasukkan ke server Kemendagri. Dari data itu nantinya Kemdagri akan mencetak kembali e-KTP.

"Cuma masalahnya, kami pun tidak tahu kapan Kemendagri mencetak kembali e-KTP itu. La wong sampai sekarang saja masih ada yang belum tercetak," jelas Bambang.

Sekarang ini, kata Bambang, di Kampung Melayu masih ada 800 e-KTP yang belum dikeluarkan oleh Kemdagri.

Rosidah, Lurah Kayu Putih, juga mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, pencetakan e-KTP masih sangat bergantung pada Kemendagri. "Kelurahan hanya bisa mengeluarkan KTP format lama," ujarnya.

 
 
Sumber:Kompas.com
Editor :Liwon Maulana

saco-indonesia.com, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, telah dihadirkan di sidang kasus penanganan sengketa Pemilih

saco-indonesia.com, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, telah dihadirkan di sidang kasus penanganan sengketa Pemilihan Kepala Daerah Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dengan terdakwa anggota DPR Chairun Nisa, Bupati Gunung Mas, Hambit Bintih, dan pengusaha Cornelis Nalau.

Hambit telah memberi kesaksian berbelit ihwal tuduhan menerima uang Rp3 miliar dari Chairun Nisa demi untuk memenangkan Hambit sebagai Bupati Gunung Mas.

Dalam persidangan itu, Jaksa telah mencecar Akil Mochtar dengan banyak pertanyaan mematikan. Namun, Akil juga mematahkan pertanyaan Jaksa dengan banyak berkelit.

Sebagai contoh, ketika Jaksa telah mengkonfirmasi ihwal SMS Chairun Nisa kepada Akil soal tiga ton emas. Akil telah menjawab bahwa tiga ton itu hanya sekadar bergurau.

"Itu hanya bergurau," kata Akil di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (30/1/2014).

Awalnya Akil berkelit maksud tiga ton emas yang telah diminta kepada Chairun Nisa. Namun, begitu jaksa mendesak terus-terusan soal arti tiga ton emas itu akhirnya Akil mengaku bahwa tiga ton emas itu artinya uang Rp3 miliar.

"Itu konteks Rp3 miliar. Tapi saya tidak tahu itu buat apa," ujar kilahnya.


Editor : Dian Sukmawati

kirim barang selalu identik dengan berat dan volume, semakin tinggi nilai berat dan volume semakin tinggi pula biaya kirimnya. K

kirim barang selalu identik dengan berat dan volume, semakin tinggi nilai berat dan volume semakin tinggi pula biaya kirimnya. Kami spesialisasikan pelayanan kami khusus kirim barang via darat dan laut. Jika dibandingkan kirim barang via udara yang mengutamakan kecepatan (Speed) dan pelayanan (Service oriented) dimana biaya kirim relatif lebih tinggi, dengan Pengiriman barang via darat dan laut yang fokus pada biaya kirim rendah (low cost) sangat cocok dalam mendukung kirim barang hasil produk usaha anda dengan biaya murah.

Pengiriman NTT dan NTB via darat dan laut : (Min. 100Kg)


Nusa Tenggara Barat: 8000 / Kg (Volume P x L x T : 4000)
Lombok Barat / Mataram
Lombok Tengah / Praya
Lombok Timur / Selong
Lombok Utara / Tanjung
Sumbawa Barat / Taliwang
Sumbawa / Sumbawa Besar
Dompu
Bima / Raba

Nusa Yenggara Timur: 9000 / Kg (Volume P x L x T : 4000)
Manggarai Barat / Labuan Bajo
Manggarai / Ruteng
Ngada / Bajawa
Ende
Sikka / Maumere
Sumba Barat Daya / Waikabula
Sumba Barat / Waikabubak
Sumba Tengah / Anakalang
Sumba Timur / Waingapu
Kupang
Atambua
Kefamenano
Kalabahai - Alor
Larantuka
Lembata
Reo
Welwerang

Orang yang hebat itu bukan lah presiden, bukan lah orang yang memiliki jabatan tinggi bukan lah gubernur, bukan lah sar

Orang yang hebat itu bukan lah presiden,

bukan lah orang yang memiliki jabatan tinggi

bukan lah gubernur,

bukan lah sarjana,

bukan lah ustad,

bukan lah guru,

bukan lah ahli dalam segala bidang,

bukan lah orang yang memiliki ilmu tinggi,

    namun orang yang hebat itu adalah orang yang mampu menahan diri nya dari hawa nafsu

 

Devan alfandy

 

 

 

 

                               & nbsp;           

Pronovost, who played for the Red Wings, was not a prolific scorer, but he was a consummate team player with bruising checks and fearless bursts up the ice that could puncture a defense.

Even as a high school student, Dave Goldberg was urging female classmates to speak up. As a young dot-com executive, he had one girlfriend after another, but fell hard for a driven friend named Sheryl Sandberg, pining after her for years. After they wed, Mr. Goldberg pushed her to negotiate hard for high compensation and arranged his schedule so that he could be home with their children when she was traveling for work.

Mr. Goldberg, who died unexpectedly on Friday, was a genial, 47-year-old Silicon Valley entrepreneur who built his latest company, SurveyMonkey, from a modest enterprise to one recently valued by investors at $2 billion. But he was also perhaps the signature male feminist of his era: the first major chief executive in memory to spur his wife to become as successful in business as he was, and an essential figure in “Lean In,” Ms. Sandberg’s blockbuster guide to female achievement.

Over the weekend, even strangers were shocked at his death, both because of his relatively young age and because they knew of him as the living, breathing, car-pooling center of a new philosophy of two-career marriage.

“They were very much the role models for what this next generation wants to grapple with,” said Debora L. Spar, the president of Barnard College. In a 2011 commencement speech there, Ms. Sandberg told the graduates that whom they married would be their most important career decision.

In the play “The Heidi Chronicles,” revived on Broadway this spring, a male character who is the founder of a media company says that “I don’t want to come home to an A-plus,” explaining that his ambitions require him to marry an unthreatening helpmeet. Mr. Goldberg grew up to hold the opposite view, starting with his upbringing in progressive Minneapolis circles where “there was woman power in every aspect of our lives,” Jeffrey Dachis, a childhood friend, said in an interview.

The Goldberg parents read “The Feminine Mystique” together — in fact, Mr. Goldberg’s father introduced it to his wife, according to Ms. Sandberg’s book. In 1976, Paula Goldberg helped found a nonprofit to aid children with disabilities. Her husband, Mel, a law professor who taught at night, made the family breakfast at home.

Later, when Dave Goldberg was in high school and his prom date, Jill Chessen, stayed silent in a politics class, he chastised her afterward. He said, “You need to speak up,” Ms. Chessen recalled in an interview. “They need to hear your voice.”

Years later, when Karin Gilford, an early employee at Launch Media, Mr. Goldberg’s digital music company, became a mother, he knew exactly what to do. He kept giving her challenging assignments, she recalled, but also let her work from home one day a week. After Yahoo acquired Launch, Mr. Goldberg became known for distributing roses to all the women in the office on Valentine’s Day.

Ms. Sandberg, who often describes herself as bossy-in-a-good-way, enchanted him when they became friendly in the mid-1990s. He “was smitten with her,” Ms. Chessen remembered. Ms. Sandberg was dating someone else, but Mr. Goldberg still hung around, even helping her and her then-boyfriend move, recalled Bob Roback, a friend and co-founder of Launch. When they finally married in 2004, friends remember thinking how similar the two were, and that the qualities that might have made Ms. Sandberg intimidating to some men drew Mr. Goldberg to her even more.

Over the next decade, Mr. Goldberg and Ms. Sandberg pioneered new ways of capturing information online, had a son and then a daughter, became immensely wealthy, and hashed out their who-does-what-in-this-marriage issues. Mr. Goldberg’s commute from the Bay Area to Los Angeles became a strain, so he relocated, later joking that he “lost the coin flip” of where they would live. He paid the bills, she planned the birthday parties, and both often left their offices at 5:30 so they could eat dinner with their children before resuming work afterward.

Friends in Silicon Valley say they were careful to conduct their careers separately, politely refusing when outsiders would ask one about the other’s work: Ms. Sandberg’s role building Facebook into an information and advertising powerhouse, and Mr. Goldberg at SurveyMonkey, which made polling faster and cheaper. But privately, their work was intertwined. He often began statements to his team with the phrase “Well, Sheryl said” sharing her business advice. He counseled her, too, starting with her salary negotiations with Mark Zuckerberg.

“I wanted Mark to really feel he stretched to get Sheryl, because she was worth it,” Mr. Goldberg explained in a 2013 “60 Minutes” interview, his Minnesota accent and his smile intact as he offered a rare peek of the intersection of marriage and money at the top of corporate life.

 

 

While his wife grew increasingly outspoken about women’s advancement, Mr. Goldberg quietly advised the men in the office on family and partnership matters, an associate said. Six out of 16 members of SurveyMonkey’s management team are female, an almost unheard-of ratio among Silicon Valley “unicorns,” or companies valued at over $1 billion.

When Mellody Hobson, a friend and finance executive, wrote a chapter of “Lean In” about women of color for the college edition of the book, Mr. Goldberg gave her feedback on the draft, a clue to his deep involvement. He joked with Ms. Hobson that she was too long-winded, like Ms. Sandberg, but aside from that, he said he loved the chapter, she said in an interview.

By then, Mr. Goldberg was a figure of fascination who inspired a “where can I get one of those?” reaction among many of the women who had read the best seller “Lean In.” Some lamented that Ms. Sandberg’s advice hinged too much on marrying a Dave Goldberg, who was humble enough to plan around his wife, attentive enough to worry about which shoes his young daughter would wear, and rich enough to help pay for the help that made the family’s balancing act manageable.

Now that he is gone, and Ms. Sandberg goes from being half of a celebrated partnership to perhaps the business world’s most prominent single mother, the pages of “Lean In” carry a new sting of loss.

“We are never at 50-50 at any given moment — perfect equality is hard to define or sustain — but we allow the pendulum to swing back and forth between us,” she wrote in 2013, adding that they were looking forward to raising teenagers together.

“Fortunately, I have Dave to figure it out with me,” she wrote.

Ms. Plisetskaya, renowned for her fluidity of movement, expressive acting and willful personality, danced on the Bolshoi stage well into her 60s, but her life was shadowed by Stalinism.

Mr. King sang for the Drifters and found success as a solo performer with hits like “Spanish Harlem.”

As governor, Mr. Walker alienated Republicans and his fellow Democrats, particularly the Democratic powerhouse Richard J. Daley, the mayor of Chicago.

Imagine an elite professional services firm with a high-performing, workaholic culture. Everyone is expected to turn on a dime to serve a client, travel at a moment’s notice, and be available pretty much every evening and weekend. It can make for a grueling work life, but at the highest levels of accounting, law, investment banking and consulting firms, it is just the way things are.

Except for one dirty little secret: Some of the people ostensibly turning in those 80- or 90-hour workweeks, particularly men, may just be faking it.

Many of them were, at least, at one elite consulting firm studied by Erin Reid, a professor at Boston University’s Questrom School of Business. It’s impossible to know if what she learned at that unidentified consulting firm applies across the world of work more broadly. But her research, published in the academic journal Organization Science, offers a way to understand how the professional world differs between men and women, and some of the ways a hard-charging culture that emphasizes long hours above all can make some companies worse off.

Photo
 
Credit Peter Arkle

Ms. Reid interviewed more than 100 people in the American offices of a global consulting firm and had access to performance reviews and internal human resources documents. At the firm there was a strong culture around long hours and responding to clients promptly.

“When the client needs me to be somewhere, I just have to be there,” said one of the consultants Ms. Reid interviewed. “And if you can’t be there, it’s probably because you’ve got another client meeting at the same time. You know it’s tough to say I can’t be there because my son had a Cub Scout meeting.”

Some people fully embraced this culture and put in the long hours, and they tended to be top performers. Others openly pushed back against it, insisting upon lighter and more flexible work hours, or less travel; they were punished in their performance reviews.

The third group is most interesting. Some 31 percent of the men and 11 percent of the women whose records Ms. Reid examined managed to achieve the benefits of a more moderate work schedule without explicitly asking for it.

They made an effort to line up clients who were local, reducing the need for travel. When they skipped work to spend time with their children or spouse, they didn’t call attention to it. One team on which several members had small children agreed among themselves to cover for one another so that everyone could have more flexible hours.

A male junior manager described working to have repeat consulting engagements with a company near enough to his home that he could take care of it with day trips. “I try to head out by 5, get home at 5:30, have dinner, play with my daughter,” he said, adding that he generally kept weekend work down to two hours of catching up on email.

Despite the limited hours, he said: “I know what clients are expecting. So I deliver above that.” He received a high performance review and a promotion.

What is fascinating about the firm Ms. Reid studied is that these people, who in her terminology were “passing” as workaholics, received performance reviews that were as strong as their hyper-ambitious colleagues. For people who were good at faking it, there was no real damage done by their lighter workloads.

It calls to mind the episode of “Seinfeld” in which George Costanza leaves his car in the parking lot at Yankee Stadium, where he works, and gets a promotion because his boss sees the car and thinks he is getting to work earlier and staying later than anyone else. (The strategy goes awry for him, and is not recommended for any aspiring partners in a consulting firm.)

A second finding is that women, particularly those with young children, were much more likely to request greater flexibility through more formal means, such as returning from maternity leave with an explicitly reduced schedule. Men who requested a paternity leave seemed to be punished come review time, and so may have felt more need to take time to spend with their families through those unofficial methods.

The result of this is easy to see: Those specifically requesting a lighter workload, who were disproportionately women, suffered in their performance reviews; those who took a lighter workload more discreetly didn’t suffer. The maxim of “ask forgiveness, not permission” seemed to apply.

It would be dangerous to extrapolate too much from a study at one firm, but Ms. Reid said in an interview that since publishing a summary of her research in Harvard Business Review she has heard from people in a variety of industries describing the same dynamic.

High-octane professional service firms are that way for a reason, and no one would doubt that insane hours and lots of travel can be necessary if you’re a lawyer on the verge of a big trial, an accountant right before tax day or an investment banker advising on a huge merger.

But the fact that the consultants who quietly lightened their workload did just as well in their performance reviews as those who were truly working 80 or more hours a week suggests that in normal times, heavy workloads may be more about signaling devotion to a firm than really being more productive. The person working 80 hours isn’t necessarily serving clients any better than the person working 50.

In other words, maybe the real problem isn’t men faking greater devotion to their jobs. Maybe it’s that too many companies reward the wrong things, favoring the illusion of extraordinary effort over actual productivity.

Since a white police officer, Darren Wilson fatally shot unarmed black teenager, Michael Brown, in a confrontation last August in Ferguson, Mo., there have been many other cases in which the police have shot and killed suspects, some of them unarmed. Mr. Brown's death set off protests throughout the country, pushing law enforcement into the spotlight and sparking a public debate on police tactics. Here is a selection of police shootings that have been reported by news organizations since Mr. Brown's death. In some cases, investigations are continuing.

Photo
 
 
The apartment complex northeast of Atlanta where Anthony Hill, 27, was fatally shot by a DeKalb County police officer. Credit Ben Gray/Atlanta Journal Constitution

Chamblee, Ga.