saco-indonesia.com, Duet penyerang lokal-asing, Elthon Maran dan Pape Ndiaye telah menjadi tumpuan Persegres kala dalam meladeni
saco-indonesia.com, Duet penyerang lokal-asing, Elthon Maran dan Pape Ndiaye telah menjadi tumpuan Persegres kala dalam meladeni perlawanan tim Malaysia Super League (MSL), Terengganu FA, Senin (30/1) sore ini di Stadion Petrokimia Gresik.
Dalam daftar susunan pemain kedua tim, pelatih Agus Yuwono juga masih mempercayakan posisi penjaga gawang utama kepada Hery Prasetya. Tak diperkuat Otavio Dutra membuat Agus telah memilih menduetkan Aries Tuansyah dengan Makhrus Bachtiar.
Sementara kapten tim Mahyadi Panggabean dan Iqbal Samad beroperasi sebagai fullback. Masuk ke lini tengah Fajar Handika dipercaya sebagai gelandang bertahan dengan Shohei Matsunaga sebagai gelandang serang. Duo sayap adalah Reza Mustofa dan Jimmy Suparno.
Memakai formasi 4-4-2, Persegres telah menurunkan duet Elthon Maran dan Pape Ndiaye di barisan depan. Dari kubu tim Terengganu FA, pelatih Abdul Rahman Ibrahim telah menurunkan komposisi pemain dengan formasi 3-4-3.
Sharbinee Allawee telah mengisi posisi penjaga gawang. Tiga pemain di lini belakang adalah Hasmizan Kamarodin Ahmad Azlan Zainal dan Nasril Izzat Jalil. Barisan tengah diisi oleh Nor Farhan Muhammad, Khairul Ramadhan Zauwawi, Ahmad Nordin Alias dan kapten Zairo Anuar Zalani.
Untuk dapat membongkar pertahanan Persegres, Terengganu telah memainkan trisula Marcio Souza, Mamadou Hady Barry dan Ashaari Shamsuddin.
Susunan Pemain Persegres vs Terengganu FA
Persegres:
Hery Praserta; Aries Tuansyah, Makhrus Bachtiar, Mahyadi Panggabean (c), Iqbal Samad; Fajar Handika, Shohei Matsunaga, Reza Mustofa, Jimmy Suparno; Elthon Maran, Pape Ndiaye
Cadangan: Sukasto Effendi, Sandy Firmansyah, Dedi Indra, David Faristian, Legimin Raharjo, Lan Bastian, Ryan Putra, Eljo Iba, Handi Ramdhan
Pelatih: Agus Yuwono
Terengganu FA:
Sharbinee Allawee; Hasmizan Kamarodin, Ahmad Azlan Zainal, Nasril Izzat Jalil; Nor Farhan Muhammad, Khairul Ramadhan Zauwawi, Ahmad Nordin Alias, Zairo Anuar Zalani; Marcio Souza, Mamadou Hady Barry, Ashaari Shamsuddin
Pelatih: Abdul Rahman Ibrahim
Editor : Dian Sukmawati
Dari kesepakatan menghasilkan perdamaian yang dilakukan Ustaz Guntur Bumi (UGB) dengan mantan pasiennya beberapa waktu lalu telah menghasilkan 5 poin pernyataan yang dikeluarkan oleh suami dari Puput Melati itu.
Saco-Indonesia.com - Dari kesepakatan menghasilkan perdamaian yang dilakukan Ustaz Guntur Bumi (UGB) dengan mantan pasiennya beberapa waktu lalu telah menghasilkan 5 poin pernyataan yang dikeluarkan oleh suami dari Puput Melati itu.
Inti dari kelima poin tersebut adalah permintaan maaf UGB terhadap mantan pasiennya yang merasa dirugikan oleh praktek pengobatannya.
Dalam pernyataan tersebut, UGB menyatakan kesediaannya untuk menutup tempat-tempat praktek pengobatannya.

"Bahwa saya bersedia menutup semua pengobatan milik saya yang telah berjalan selama ini di berbagai daerah," begitu isi surat pernyataan yang dibacakan Guntur Bumi di kantor MUI pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/3).
Besar harapan UGB apa yang telah dilakukannya itu bisa diterima oleh mantan pasiennya yang tidak terima dengan praktek pengobatannya selama ini. "Semuanya mudah-mudahan apa yang pernah dilakukan saya dan pasien bisa diterima islahnya. Setiap manusia pasti ada kekurangan," tandasnya.
Editor : Maulana Lee
Sumber: Kapanlagi.com
WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”
Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.
The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.
Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation